Wednesday, June 21, 2017

Review Kopi Arabika Flores Bajawa Aroma Nusantara


Pagi teman-teman, kali ini saya melanjutkan seri review kopi saya. Kali ini saya akan review kopi arabika Flores Bajawa Aroma Nusantara. Sebelumnya saya review kopi arabika toraja aroma nusantara. Sekilas mengenai kopi arabika bajawa yang berasal dari dataran Ngada di Flores yang terletak di ketinggian 1000 sampai 1500 km dari laut dan memiliki iklim kering dan curah hujan 2.500 ml per tahun, dinilai sangat cocok untuk penanaman kopi jenis arabika. Bibit kopi yang disebar di daerah ini berasal dari Jember (penanaman baru dimulai pada tahun 1977 di tanah perkebunan misi Katolik Malanuza).

Proses cupping kali ini saya lakukan 2x, bukan karena prosedurnya demikian tapi karena ntah kenapa proses cupping pertama saya gagal mendapatkan rasa sesungguhnya di kopi ini (7 gram di 100 ml). Tadi pagi saya coba cupping sekali lagi tapi kuantitasnya saya tambah (14 gram di 150 ml) supaya rasa nya lebih kentara. Pada beberapa toko kopi online, rata - rata mencantumkan aroma floral, medium body, sweet, medium acidity. Bahkan yang paling lain sendiri yaitu Otten Coffee mencantumkannya sebagai full intense body, aroma dan rasa cherry dan blueberry pada kondisi light roast. Oke, mari kita coba, tetap dengan cara seduh kopi menggunakan french press.

Kita mulai dengan menghirup aroma nya, aroma nya seperti kacang - kacangan (nutty). Pada hirupan pertama terasa chocolaty dan asam nya bagaikan orange. Pada hirupan selanjutnya rasa kacang - kacangan kembali terasa walau samar. Dari warna dan rasa nya cenderung medium to light body. Dan 1 gelas pun habis lah. Yang tersisa after taste kacang - kacangan dengan sedikit coklat tapi cepat sekali hilangnya.

Kebetulan di hari sebelumnya saya coba bikin capuccino juga untuk istri dan di capuccino rasa kacang kacangan nya lebih keluar dan lucu nya ada sedikit rasa asin yang keluar. Saya pribadi masih lebih suka toraja daripada kopi ini tapi itu preferensi pribadi.

Sekian review kopi arabika flores bajawa aroma nusantara. Kopi ini bisa dibeli di museum kopi Aroma Nusantara di jalan Kunir kawasan kota tua seharga Rp 38.500 per 100 gram nya. Semoga membantu.

Monday, June 19, 2017

Review Kopi Toraja Arabica Aroma Nusantara


Teman - teman sebangsa dan setanah air, setelah sekian lama saya tidak menulis di blog ini, di hari yang fitri ini mari kita membahas soal review kopi toraja arabica aroma nusantara. Kopi nya dibeli dari Museum Kopi Aroma Nusantara yang lokasi nya terletak di kisaran kawasan kota tua di Jakarta. Bangunan nya sendiri sangat historis, termasuk bangunan yang dipugar oleh pemerintah Jakarta sebagai bagian dari proyek Jakarta Old Town Revitalisation Corporation. Lebih lanjut bisa dibaca di link sebelumnya.

museum kopi aroma nusantara

Image result for museum kopi aroma nusantara

Tempat nya sendiri terlihat menarik untuk sekedar hangout, terlihat di etalase ada beberapa toples berisi biji kopi yang sudah dipanggang dan seperti namanya, toko kopi ini hanya menyediakan biji kopi dari Nusantara. Yang saya ingat ada Aceh Gayo, Batak Mandheling, Java Peaberry dan masih banyak lagi. Untuk Toraja sendiri mereka menyediakan 2 varian yaitu Dark roasted dan medium roasted. Untuk review kopi toraja arabica aroma nusantara kali ini saya memilih yang medium roasted. Mengapa ? karena karakter dari medium roasted adalah ada balance antara keasaman dan bodi (kehitaman), dengan medium roast kita bisa merasakan rasa asli dari kopi tersebut.

Kopi Toraja sendiri direkomendasikan untuk para peminum kopi pemula yang baru saja beralih dari kopi instan dan harga nya pun tergolong terjangkau. Untuk seri review kali ini saya akan fokus pada Toko Kopi Aroma Nusantara sebelum beralih ke toko kopi lainnya (Versi Kopi Aroma Bandung beda drastis dengan ini). Kopi yang saya review ini saya seduh sendiri menggunakan french press. Cara menyeduh kopi menggunakan french press sudah saya tuliskan di blog khusus membahas resep masakan.

Nikmatnya kopi dimulai dari aroma nya. Aroma dari kopi Toraja hasil panggangan dari Toko Kopi Aroma Nusantara ini adalah floral, ada aroma segar seperti bebungaan dari kopi nya. Tingkat keasamannya betul balance, ada rasa buah-buahan, (fruity) asam nya seperti rasa citrus. Selain itu ada rasa dark chocolate yang sedang menunjukkan bahwa kopi ini medium body disamping warna nya yang gelap. Kalau dibandingkan dengan kopi medium roast lainnya, warnanya cenderung lebih gelap, dengan kata lain terlalu gelap untuk medium body namun terlalu terang untuk dibilang full body. Setelah selesai minum ada rasa yang tersisa seperti tembakau (tobaccoey) dan ini berlangsung selama sejam. Cukup mengejutkan karena selama ini saya minum kopi toraja selalu mendapatkan clean after taste.

Ketika saya coba pakai untuk membuat capuchino, rasa nya enak, asam nya tidak terlalu kentara dan serasa pas.

Demikian review saya, kopi Toraja Aroma Nusantara ini dapat dibeli di Museum Kopi Aroma Nusantara di jalan Kunir, Kawasan Kota Tua Jakarta dengan harga 38.500 rupiah per 100 gram nya. Sekian dan terima kasih

Wednesday, April 22, 2015

Garlic Ramen (Sengoku Noodle)

Garlic Ramen

Garlic Ramen

Pagi teman - teman sebangsa dan setanah air, setelah seminggu tidak blogging, saya mulai dengan Garlic Ramen dari Sengoku Ramen. Pertama tama saya perlu bilang kalau rasa makanan itu masalah selera, yang buat saya enak, mungkin buat kalian kurang enak ataupun sebaliknya. Kalaupun misal saya katakan tidak enak ataupun kalah dengan punya kompetitornya, mungkin bagi kalian akan terasa enak sekali. Review ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi dan tidak terafiliasi dengan restoran mana pun.

Sengoku Ramen ini di luar negeri dikenal sebagai Samurai Noodle, serangkaian kedai Ramen yang justru dimulai di Amerika Serikat dengan 3 cabang di Washington, 1 cabang di Houston, 1 cabang di Seattle dan 1 cabang di Indonesia. Mungkin karena latar belakangnya yang bukan berasal dari salah 1 daerah di Jepang, kedai Ramen ini memilih untuk menyajikan ramen dari berbagai daerah di Jepang. Selain dari itu kedai ini juga sangat fokus pada mi, bahkan di Amerika Serikat, kamu bisa membeli mie nya saja dengan kebebasan untuk menciptakan cita rasa sendiri ataupun berikut dengan bumbu instan yang rasanya berbeda sedikit dari aslinya. Sesuai dengan fokus nya, kita bisa berharap mie yang kedai ini sajikan sangat enak. Mari kita mulai review nya.

Mie (5/5): Seperti biasa kita akan diberikan 2 pilihan apakah mi yang lurus atau yang keriting, selain itu ada pilihan apakah mie biasa (yang terbuat dari tepung terigu) atau mie yang terbuat dari tepung gandum. Kedai ini sangat merekomendasikan mie gandum nya, memang berdasarkan dari beberapa blog, ramen di jepang disajikan agak keras dan kenyal, mie yang terbuat dari gandum ini lebih keras dari mie dari tepung terigu, rasanya keras dan kenyal. Secara tekstur mie, ini yang terbaik yang pernah saya makan, sampai saya bisa katakan untuk mie Sengoku Noodle ini rajanya.
Kuah (2/5): Pada dasarnya ramen tidak melulu harus kuah babi atau tonkotsu, bahkan di Tokyo justru ramen dengan kuah ayam yang populer. Kebetulan saya penasaran dengan garlic ramen ini, baiklah saya coba dengan harapan yang sangat tinggi. Kuahnya sendiri terlihat encer dan agak bening. Suapan pertama... enak, setelah 4 suap... kok rasanya familiar ya... di suapan ke 6 saya mendapatkan pencerahan, kuahnya mirip sekali dengan Indomie rasa ayam spesial! Setelah itu nafsu makan saya pun menurun drastis, akhirnya saya paham kenapa kok Indomie sangat populer di Jepang sampai diulas dalam sebuah komik berjudul Meshibana Deka Tachibana. Tapi bukan rasa seperti ini yang saya harapkan setelah menempuh jarak beberapa kilo meter.
Daging (3/5): Semangkuk garlic ramen ini disertai dengan sepotong cha siu panggang. Rasanya standar, empuk, berlemak, hanya saja kok nggak ada aroma panggangannya ?
Aksesoris (3/5): Ramen ini dilengkapi dengan menma yang banyak dan sebuah telur setengah matang yang dibelah dua. Telurnya mendekati sempurna, hanya saja dari sisi warnanya kok kurang oren ya, beda dengan punya kompetitor nya.

Garlic Ramen dari Sengoku Ramen ini sangat cocok untuk penggemar ramen yang lebih suka kuah encer dan kuah ayam. Bagi saya ini ramen kuah ayam yang pertama dan mungkin yang terakhir. Kebiasaan di kedai ramen di jepang, kita bisa memesan mie lagi untuk menghabiskan kuahnya, dan hal ini juga dimungkinkan di Sengoku Noodle, istilahnya extra armor. Cuma yang dipaketkan di sini tidak cuma mie tapi juga berikut aksesorisnya seperti cha siu, menma dan telur.

Sengoku Noodle
Ruko Crown Golf PIK A 9, Jalan Marina Indah, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jkt 14470
0853-1294-0828

Tuesday, April 14, 2015

Buta Kara Ramen (Ikkudo Ichi)

Buta Kara Ramen

Buta Kara Ramen

Ikkudo Ichi bukanlah ramen yang pertama, namun ia dengan sukses menapakkan diri ke lidah masyarakat Indonesia. Dari sisi rasa dan penampilan, Ikkudo Ichi sangat mirip dengan saingannya yang sudah lebih dulu menapakkan kaki di Indonesia ini yaitu Hakata Ikkousha, sangat tidak mengherankan karena keduanya berasal dari daerah Fukuoka. Ramen daerah ini terkenal dengan kuah tonkotsu nya yang berwarna putih susu dan kental, biasa disertai dengan bawang putih yang dihancurkan, acar jahe. Tidak hanya booming di Indonesia, di Jepang pun ramen daerah Hakata ini sangat diminati.

Ikkudo Ichi dan Hakata Ikkousha serupa tapi tak sama, masing masing memiliki ciri khas nya masing masing. Ikkudo Ichi mungkin terinspirasi ramen dari daerah Yokohama di mana pelanggan boleh menentukan tingkat kematangan mie, tingkat kekentalan kuah, dan kadar minyak di kuah nya. Diberi kebebasan seperti itu tentu saja saya memilih ramen yang keras, kuah yang kental dan sangat berminyak. Tentu saja itu preferensi masing - masing, tapi saya akan menuliskan pada lain kesempatan, mengapa ramen wajib yang keras, dan kuah yang kental.


Pada kesempatan ini saya mencoba Buta Kara Ramen, pada dasarnya ini adalah tonkotsu ramen yang diberi saus Kara. Menurut penjelasan dari menu nya, itu saus spesial dari Ikkudo dan rasanya pedas. Dengan tidak menunggu lebih lama mari kita menuju ke review nya.
Mie (4/5): dari sisi tekstur, mie nya enak, dari sisi kematangan disesuaikan dengan keinginan dan ini fitur yang tidak ada di ramen lain di mana kita sering komplain mie nya terlalu matang atau kurang matang. Mie nya ada 2 macam yaitu lurus dan keriting, lebih baik pilih yang lurus karena menurut penjelasan para ahli ramen, mie yang lurus justru membawa kuah lebih banyak, dan sejauh pengalaman saya, itu benar.
Kuah (4/5): Kuah nya enak, dan spicy, tingkat kekentalannya pas. Sekali lagi bisa menentukan tingkat kekentalan itu sebuah fitur yang mengagumkan. Tidak semua orang suka kuah yang kental, apalagi berminyak, di ramen lain saya seringkali harus menambahkan chilly oil atau minyak cabe disamping supaya bedas juga supaya kuahnya berminyak. Kental dan berminyak itu hal yang wajib bagi saya.
Daging (4/5): char siu bawaannya sih standar ya, standar char siu gulung dan tidak ada yang spesial selain dari empuknya. saya tambahkan aburi char siu, char siu panggang yang juga ada di ramen lain namun versi Ikkudo ini empuk dan ada rasa yang khas, apalagi kalo ditemani dengan pork cheek alias pipi babi, empuknya tiada tara.
Aksesoris (4/5): aksesoris alias garnish nya standard, ramen ini dilengkapi dengan telor setengah matang yang pas setengah matang, luarnya matang dan kuningnya agak lembek, pas banget buat dimakan dengan kuah tonkotsu yang kental. Selain itu ada potongan daun bawang, sayang sekali tidak dilengkapi dengan menma atau narutomaki, tapi keputusan untuk tidak memasukkan jagung manis di dalam nya patut dipuji (Buta Kara Miso dari Ikkudo Ichi menyertakan jagung manis yang justru menurutku malah merusak rasa)

Singkat cerita ramen ini patut dipujiken, bahkan dari semua ramen yang ada di Ikkudo Ichi, saya rekomendasikan ramen ini, perbedaan dengan ramen rekomendasinya (Buta Kara Miso Ramen) terletak di penggunaan Miso (tauco) dan tambahan jagung manis di garnish nya, miso nya cenderung membuat kuah nya menjadi kurang sedap, extra asin nya dicoba ditangani dengan penggunaan jagung manis namun perpaduan dengan spicy sauce nya membuat rasanya menjadi kurang sedap dan itupun relatif tergantung dari gerai yang dituju, Menurut saya lebih aman pesan Buta Kara Ramen daripada Buta Kara Miso Ramen yang perpaduannya diperlukan presisi tinggi.

Cabang Ikkudo Ichi sangat banyak, ada di Pantai Indah Kapuk, Central Park, dan kalau di google bisa ketemu di mana saja yang lebih dekat dengan rumah atau tempat kerja. Selamat mencoba dan selamat menikmati.

Tonkotsu Ramen (Sengoku Ramen)

Tonkotsu ramen (Sengoku ramen)

tonkotsu sengoku ramen


Sengoku ramen ini asalnya dari Amerika dan di sana bernama Samurai Noodle, tidak seperti depot ramen pada umumnya, Sengoku ramen lebih memilih untuk "terinspirasi" dari berbagai daerah. Di depot ini bisa didapatkan aneka ramen dari berbagai daerah dan review berikut untuk tonkotsu ramen nya.
Mie (5/5): saya pilih mie gandum, kekenyalan nya kurang, setara dengan mie ikkudo yg hard. Tapi oke lah, edible. Tekstur lbh baik dari santouka ramen yg cuma mie kuning biasa. Dalam hal tekstur dan kualitas mi, Sengoku ramen ini juaranya

Kuah (4/5) dengan kondisi super rich, taste nya milky, saya sendiri prefer oily, jadi setelah ditambah minyak cabe extra banyak, rasanya jadi lebih pas di lidah.
Daging (3.5/5): Lembut, taste nya ok, cenderung lebih lembut dari kompetitornya. Walau dibilang char siu, tidak ada rasa yang khas dari char siu nya.

Di sini cukup variatif, menu nya mirip yamagoya ada garlic, miso, shoyu, tonyu. 

Santouka Ramen

Santouka Ramen

Selamat siang teman teman sebangsa dan setanah air, setelah sekian lama tidak blogging, saya memutuskan untuk melanjutkan blogging. Saya mulai dengan topik yang saya sedang keranjingan yaitu Ramen. Pada dasarnya ramen itu mi ala jepang, biasa disajikan berkuah, dimakan panas - panas. Ramen itu sendiri kadang disebut shina soba atau (soba cina), karena pada dasarnya di Jepang, orang sudah mengenal soba terlebih dahulu daripada mi yang baru dikenal pasca perang dunia kedua.

Sebetulnya ini bukan ramen pertama yang saya makan, pertama kali saya kenal ramen itu ramen Sanpachi yang cabangnya ada di mana mana, lalu lanjut Ajisen Ramen. Setelah itu lama sekali tidak makan dan tidak mencari hingga ketemu Hakata Ikkousha yang mana rasanya beda dari ramen - ramen yang sudah ada terlebih dahulu, di mana kuahnya begitu sedap seolah tiada lawan tanding, hingga suatu saat seorang kawan post di facebook, ada ramen enak yang kalo dah coba itu nanti kalo makan ramen lagi di tempat lain bisa serasa makan mie instan. Aku gak percaya, sebagaimana seorang Thomas yang tidak percaya sebelum kuah ramen itu menyentuh lidahku dan kugigit chasiu nya sendiri.

Kara Miso Ramen

Shio Ramen

Dan akhirnya tiba lah saat yang ditunggu tunggu, kedua mangkok ramen pun telah dipesan dan datang. Khusus kali ini saya review keduanya sekaligus, di lain artikel akan saya review terpisah.
Mie (3/5): Mie nya standard, ntah kenapa Santouka lebih memilih untuk menggunakan mie kuning untuk ramen ini, mie ini betul betul mie kuning basah standar yang bisa ditemukan di pasaran, saya dan teman saya kecewa dengan mie nya. Tapi pernah suatu ketika saya bertandang kesini dan dapat mie yang bukan mie kuning dan terasa lebih enak. Jadi seandainya manajemen Santouka Ramen membaca tulisan ini, tolong dipertimbangkan untuk menggunakan mie standar ramen seperti yang dipakai oleh kompetitor.
Kuah (4/5): baik shio ramen maupun miso ramen (bahkan saya sudah mencoba shoyu ramen juga di kesempatan lain) kuahnya enak, kekentalannya pas, shio atau garam jepang memperkuat rasa dari tonkotsu nya, baik miso maupun shoyu menambahkan rasa namun tidak mengalahkan rasa dari tonkotsu nya. Dari sisi kuah ramen bisa dibilang juara nomor 2, hanya kalah dengan Tabushi Ramen.
Daging (4.5/5): Daging nya juicy, sangat enak. Aku yakin cha siu ini dimasak dalam kondisi berkuah dan rasa kuahnya menempel dan meresap pada daging dan lemaknya, sehingga bisa dikatakan ada kenikmatan extra di setiap gigitannya.
Aksesoris (4/5): Telur nya dimasak pas setengah matang, ada menma dan narutomaki (jarang ada di ramen lainnya)

Singkat cerita aku puas setiap kali pulang dari Santouka Ramen, hanya saja yang selalu menggangguku cuma keberadaan mie kuning nya, seandainya diganti dengan mie sebagaimana standar ramen akan lebih nikmat. Berikut contact detail dari Hokkaido Ramen Santouka.

Hokkaido Ramen Santouka

Restaurant

Today 11:00 am – 9:30 pm

Sekilas mengenai ramen hokkaido. Ada 3 macam ramen di daerah Hokkaido : Miso Ramen yang terkenal di daerah Sapporo , Shio Ramen yang terkenal di daerah Hakodate, dan Shoyu Ramen yang terkenal di daerah Asahikawa. Dan ketiganya ada di Santouka Ramen.

Wednesday, April 2, 2014

Bulgogi don Hungry Hiro

Bulgogi don Hungry Hiro ini saya temukan waktu saya sedang berjalan jalan di Mangga Dua Mall. Rasa lapar yang menyerang di siang hari, di antara tetokoan komputer dan timbunan hardware *lebay*. Bingung mau makan apa, sejauh mata memandang cuma terlihat Bakmi Naga dan ketoprak, ya sudahlah dicoba dulu deh ke food court. Ah sama aja, adanya soto, ayam goreng, bakmi ... seketika mata tertuju ke 1 stall di ujung: Hungry Hiro! dengan warna merahnya dan gambar sumo yang menyolok, bagaikan melambaikan tangan dan berkata "sini bang, liat dulu deh eike punya apa". Oke dah ane datangin ye...

Sebetulnya saya memang suka sekali dengan beef bowl, nasi yang atasnya dituang irisan daging sapi dengan bumbu khusus, dulu di Jakarta ada stall Beef Bowl yang mana kita bisa beli beef bowl dengan cuma Rp 10.000 kenyang. Nah sekarang Hunry Hiro sepertinya bisa memuaskan lapar dan dahagaku... Liat sana sini, pilihan jatuh bukan ke original tapi justru yang bulgogi. Kenapa ? ya kalo original mah biasa banget atuh, mau yang lain lah mumpung ada. Oke dah saya pesan 1 porsi bulgogi dan teh segelas. Dan ternyata saya menyesal saudara saudara... Kenapa kok gak beli langsung 2 porsi ?! Rasanya enak, irisan dagingnya tipis dan nggak alot, bumbu bulgogi nya nendang banget, walau irisan daun bawangnya sangat mendominasi kalo bukan bisa disebut sebagai infasiv! Ya apa boleh buat daging sapi itu mahal dan kalo gak pakai daun bawang sebanyak itu keliatannya sedikit.

Singkat cerita saya puas dan sekarang setelah setahun berlalu, saya pengin kesana kembali. Hungry Hiro ini sepertinya ada di mana mana, tinggal cek saja di foursquare dan langsung akan ditunjukkan ke lokasi terdekat. Saya google kok sepertinya ini perusahaan lokal kayak HokBen. Ya sudahlah, selamat menikmati.